[Ficlet] Quokka’s Lowkey Affection

Quokka’s Lowkey Affection

Starring SKZ’s Han Jisung x OC’s Seo Chaebin
College-life, Friendship, Fluff || Rate : T || Length: Ficlet (992 words)

I just own the plot, OC & story
.

babyneukdae_61 storyline

Tak perlu jauh-jauh ke Australia, aku sudah dapat bertemu seekor quokka yang usil, menyebalkan namun perhatian. Namanya Han Jisung.

Analisis Prosa. Mata kuliah ini sebenarnya bukan mata kuliah dari program studiku, omong-omong. Mata kuliah ini dari program studi Sastra dan Linguistik Bahasa Inggris, yang diambil oleh Fiona, sepupu Lauren. Aku dan Lauren mengambil mata kuliah ini untuk memenuhi persyaratan mata kuliah pilihan lintas program studi. Sebenarnya aku ingin mengajak Jisung juga, namun kuota untuk mahasiswa di luar program studi Sastra dan Linguistik Bahasa Inggris sudah habis ketika aku hendak mendaftarkannya.

Pukul sebelas pagi. Entah mengapa, padahal matahari belum berada di atas kepala, namun aku begitu mengantuk. Mungkin karena aku baru tidur selama tiga jam di studio Jisung—padahal jelas-jelas aku harus menghadiri kelas jam tujuh pagi. Astaga, andai saja si kunyuk itu tidak mengajakku marathon serial Netflix, mungkin aku bisa tidur lebih awal.

Dasar quokka, mau berdosa malam kok mengajakku.

Aku menoleh ke kiri, memperhatikan Lauren yang malah mendengarkan podcast bertajuk How Did I Get Here yang dibawakan oleh idolaku yaitu Kak Jae dari DAY6—melalui ponselnya. Lauren begitu santai mengikuti perkuliahan ini. Tidak apa, kan kita mahasiswa lintas program studi. Pasti mendapat keringanan, begitu katanya. Berbeda dengan Fiona sepupunya yang saat ini serius mencatat penjelasan dari dosen mengenai analisis prosa dengan teori feminisme. Sementara Renjun, kekasih Fiona—yang sebenarnya sama ambisiusnya dengan Fiona—yang tengah duduk di sebelahku, tengah menumpukan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam—benar, tertidur.

Aku menahan kantuk dengan mengunyah permen karet dan membaca naskah drama yang kusutradarai. Sore ini aku akan memulai latihan membaca naskah, karena itu aku harus mempersiapkan diri—setidaknya dengan membaca ulang naskah drama yang Jeongin editkan. Sekali lagi, kalo bukan gara-gara si kunyuk siluman quokka itu, aku masih punya waktu yang cukup untuk mempelajari naskah drama dan beristirahat yang cukup.

Ting!

Aku menunduk demi melihat notifikasi pesan masuk dari ponselku yang kutaruh di atas meja.

“Kau masih kuliah lintas prodi, Chae?” – Han Quokka

Kuraih ponselku untuk membalas pesannya.

“Masih. Ada apa?”, balasku.

Ting!

“Gas, kantin kampus. Sebentar saja, kok.” – Han Quokka

Demi bebek kuning kesayangan Kak Chan, jelas-jelas aku masih di kelas, dia dengan seenak jidat glowingnya itu mengajakku ke kantin kampus. Ingin rasanya kujejali mulut pemuda Han itu dengan setoples penuh saus gochujang.

“Sudah kubilang aku masih di kelas, Quokka.”

Pesanku dibaca olehnya, namun tiada balasan selama beberapa menit.

Ting!

“Kau belum sarapan sama sekali tadi pagi, Nona Seo. Kau bilang hari ini kau ada kelas sampai jam setengah dua, bukan? Sudahlah, keluarlah sebentar.” – Han Quokka.

Ting!

“Aku di depan ruang kelasmu.” – Han Quokka.

Astaga. Anak ini benar-benar. Aku beranjak dari kursiku, dan keluar dari ruang kelas.

***

Benar saja, Han Jisung dengan kaus putih dan kemeja flanel bermotif kotak-kotak berwarna hijau gelap yang membalut tubuhnya, sudah bertandang di depan ruang kelasku. Ketika aku menghampirinya, ia menyerahkan sebuah kotak bekal kepadaku. Aku menatapnya bingung.

“Sebelum aku masuk kelas pukul sembilan, aku membuatkanmu ini. Anggap saja permintaan maafku karena membuatmu bergadang kemarin malam. Aku tidak dapat membayangkan kalau kau pingsan di kelas karena tidak sarapan, Chae,” jelasnya. Aku masih terdiam, teringat bahwa aku tidak menunjukkan kekesalanku kepadanya sama sekali soal marathon Netflix di studionya kemarin malam. Lagipula, pada akhirnya aku sendiri yang berkompromi kepadanya untuk menambah marathon satu episode lagi—dan begitu seterusnya sampai serial yang kami tonton tamat.

“Kusarankan sih makan sekarang saja, jangan tunggu kelas selesai baru makan. Keburu semakin lemas dirimu nanti,” ujarnya. Akhirnya aku mengangguk mengiyakannya, dan mengikutinya berjalan menuju kantin kampus yang tidak jauh dari kelasku.

Di kantin kampus, ia menemaniku sarapan dengan bekal yang ia buatkan—sandwich kimchi favoritku, aku tidak ingat jika ia dapat membuatnya, sepertinya ia belajar membuatnya melalui internet.

“Bagaimana kuliahmu pagi ini, Chae?” tanya Jisung.

It was really gross. I messed up”

Jujur saja, aku mengawali hari ini dengan tidak baik—bahkan aku lupa mengenakan riasan meski itu hanya sedikit sapuan bedak padat dan lipstik berwarna oranye favoritku. Ah, jangankan riasan, sarapan saja aku lupa. Suasana hatiku menjadi berantakan karena kekacauanku pagi ini. Sebenarnya tidak salah juga aku mengiyakan ajakan Jisung untuk keluar sebentar dari ruang kelas untuk sarapan—sekalian memperbaiki suasana hatiku agar hari ini tidak semakin kacau.

“Okay, I feel you, Chae. Maafkan aku malah mengajakmu marathon Netflix semalam, aku lupa kau ada kelas pagi,” ujarnya.

“Hei, tidak apa, Sung, santai saja, lagi pula sudah lewat, kan—emm, omong-omong sandwich kimchi yang kau buat enak sekali, Sung, aku suka,” jawabku, kemudian memuji bekal yang ia buatkan untukku.

Jisung tersenyum sambil memamerkan barisan giginya yang putih.

“Makanlah yang kenyang, kalau kau pingsan, aku yang kesulitan, tahu,” cibirnya—dengan nada bercanda, tentu saja—sambil menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahku.

Oh Tuhan, bolehkah aku meleleh karena sahabatku sendiri? Kapan Han Jisung berhenti bersikap manis?

***

Aku kembali ke kelasku setelah lima belas menit berada di kantin kampus bersama Jisung. Pemuda Han itu juga mengantarkanku kembali ke kelas. Sepanjang perjalanan ke kelas, tangannya tertaut dengan tanganku—yang baru kusadari lewat rasa hampa pada tanganku saat ia melepaskan tautan tangan kami ketika kami hampir tiba di depan ruang kelasku.

“Terima kasih untuk sandwich kimchinya, sering-seringlah kau buatkan itu untukku,” ujarku saat aku berbalik menghadapnya.

“Seenak jidatmu, Nona Seo. Aku tahu aku mahir membuat menu sarapan,” jawabnya sambil tertawa kecil. Seperti itulah ia mengucapkan ‘terima kasih kembali’, menyebalkan namun menggemaskan sekali.

“Jangan sampai lupa sarapan lagi, Chae. Kalo Kak Changbin tahu kau berangkat ke kampus dari studioku dengan melewatkan sarapan, habislah aku,” lanjutnya.

“Baiklah, asalkan kau buatkan lagi sandwich kimchi itu untukku. Aku kembali ke kelas, ya,” pamitku.

Ketika aku hendak meraih gagang pintu, Jisung meraih tanganku, dan meletakkan sekotak kopi hitam instan di atas telapak tanganku. Aku menatapnya sejenak, dia tersenyum.

“Jangan sampai ketiduran di kelas, oke?” pesannya. “Aku pergi dulu, ke studio Kak Chan. Sampai nanti,” pamitnya sambil mengelus puncak kepalaku.

Oh Tuhan, sekali lagi, aku, Seo Chaebin, hendak meleleh lagi karena Han Jisung, sahabatku sekaligus mantan kekasihku—dan ciuman pertamaku. Teruntuk Saudara Han Jisung, berhentilah membuat sahabatmu meleleh, tolong.

Aku tersenyum, dan kembali ke ruang kelas dengan sekotak kopi hitam instan di tanganku, tatkala punggung sahabatku itu sudah menghilang dari penglihatanku.

FIN

a/n: teruntuk oknum bernama Han Jisung, dan segala jajaran fansnya, fic ini adalah penitensi dosa atas fic perbaj*ngn duniawi yang saya dalangi dengan main cast Hanjis kita tersayang yang gemesin x Song Mingi ku yang freakin rude but actually soft. Buat Mingi ku sayang, tunggu aja, aku juga akan membuat fic penitensi untukmu :’) ❤
Jujur… aku…. pengen banget jadi Chaebin. /g/ dan kurasa JiChae sekarang gamau kalah sama Hyunkuadrat :’) malah jadi kiyowo juga nyusul Hyunkuadrat ❤
(Meanwhile 2Hyun, LixRen, JunFio, JaemChel, ChrisKimmyLino: Dear author, seriously? kita kapan heh :’ /iya sayang2ku, nanti tante kambekin sama debutin deh <3/)
sekian duluu :3 renren melipir lagi mau mempersiapkan penitensi kepada Mingi :’) terima kasih sudah mampir kasihku ❤

2 thoughts on “[Ficlet] Quokka’s Lowkey Affection

Add yours

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑