[Ficlet-Mix] On The Stage and In Front Of The Class

On the Stage and In Front of The Class

DAY6’s Park Jae x OC’s Hwang Laura

Support cast: DAY6’s Yoon Dowoon, PENTAGON’s Adachi Yuto

College-life, Romance|| Rate : T

.

babyneukdae_61 storyline

Beda lokasi, beda pula peranku. Tapi senyumku untuknya selalu sama.

 

[1 – Satu di antara Ratusan]

Inisiasi mahasiswa baru. Malam inagurasi. Panggung inagurasi.

Mengingat tiga hal itu dan berhubung kali ini aku kembali mengalami masa ini sebagai pengisi acara, aku jadi teringat pada Dowoon saat inisiasi dulu. Aku adalah pendamping kelompoknya saat itu.

Kau tahu, pemuda Yoon yang sekarang merupakan mahasiswa tingkat akhir itu adalah salah satu mahasiswa baru yang berani konyol agar kelompoknya tidak terlihat membosankan. Anak itu cukup supel–cenderung berani tapi tidak kurang ajar–kepada aku dan Chanyeol saat itu. Sejak inisiasi mahasiswa usai, aku jadi lebih dekat dengan Dowoon, sampai sekarang.

Dan hari ini, aku berada di sini, untuk membantu unit mahasiswa band kampus karena mereka kekurangan personil, berhubung dulu aku merupakan bagian dari mereka–sebelum aku menjadi dosen seperti sekarang ini. Saat ini juga, Dowoon merasakan posisiku sebagai pendamping kelompok.

Ah, aku merasa lebih muda sekaligus lebih tua dalam waktu yang bersamaan.

Dalam kondisi gelap karena semua penerangan dipadamkan, aku naik ke panggung bersama anggota unit band lainnya. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk menunggu saat teduh selesai dalam gelap. Sesuai penjelasan dari salah satu Steering Committee sebelum acara ini, aku menyambar mic dari mic stand di depanku.

Welcome to our family, new college students of 2016!” ujarku. Sontak penerangan panggung kembali dinyalakan. Kami mulai menampilkan beberapa lagu, sebagai selebrasi penutupan inisiasi.

Aku mengamati para peserta inisiasi, meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam dan kegiatan mereka cukup padat sepanjang hari tadi, mereka masih semangat berjingkrak, merayakan resminya mereka sebagai mahasiswa. Lantas aku tersenyum sejenak, berharap mereka akan menjaga semangat ini sampai mereka diwisuda nanti.

Sambil merapikan suraiku menggunakan tangan, aku mengedarkan pandanganku ke arah Kelompok 15, kelompok yang didampingi oleh Dowoon, aku ingin tahu bagaimana Dowoon mendampingi adik-adik barunya saat panggung inagurasi.

Namun aku mendapati seorang gadis yang dirangkul di kiri dan kanan oleh kedua temannya, wajahnya terlihat sedikit lelah–mungkin karena serangkaian kegiatan hari ini dan juga renungan di saat teduh yang tentu saja akan menyentuh hati tiap mahasiswa baru–namun ia masih bersemangat. Surai coklat bergelombangnya terurai rapi. Ia manis sekali.

Kedua manikku bertemu dengan sepasang obsidiannya. Dan entah mengapa, kedua sudut bibirku tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman bulan sabit putih.

Ia terdiam sejenak menatapku. Tak lama kemudian, ia tersenyum juga, membalas senyumku. Senyumnya begitu manis. Aku harap telingaku tidak memerah, tolong.

Selama penampilanku bersama unit band mahasiswa, aku berpikir, apakah mungkin aku menyukai gadis itu. Is this love at first sight?

Jika aku benar menyukai gadis itu, aku bersyukur sekali karena panggung inagurasi ini menjadi saksi bisu terjadinya kontak mata pertamaku dengan gadis itu.

 

[2 – Senyum dan Tawanya]

Acara inagurasi sudah selesai. Namun aku melihat gadis yang tadi menangkap senyumku itu belum juga balik kanan lalu meninggalkan panggung inagurasi. Alhasil, aku memutuskan untuk memberi hadiah kecil untuknya karena telah membalas senyumku. Aku menampilkan akustik lagi setelah sekian lama aku tidak membawakannya.

Tanggapannya setelah melihat penampilan soloku tidak seperti orang lain di luar sana yang begitu heboh. Namun entah mengapa aku menyukainya. Sepasang obsidiannya berbinar menatapku, jangan lupakan senyum tipisnya yang indah itu.

“Yang tadi itu… luar biasa,” pujinya.

Aku mengajak gadis itu ke studio pribadiku, yang sekaligus merupakan markas DAY6, band yang kubangun bersama sepupuku Sungjin. Studio itu tidak jauh dari Lapangan Sognatore–lokasi acara inagurasi.

Ini pertama kalinya aku mengajak seorang gadis–terutama dari kalangan mahasiswa–ke studio pribadiku. Entahlah, aku sendiri tidak menyangka akan mengajak seorang gadis ke markasku ini. Apakah ini pertanda?

 

[3 – Hwang Laura dan Kak Jae]

Ah, iya. Nama gadis itu Hwang Laura. Nama yang indah.

“.…sebuah kehormatan karena Kak Jae mengajakku ke studio ini,” ujarnya.

Tunggu. Bagaimana ia bisa tahu namaku, dan memanggilku dengan sebutan ‘Kak’?

Aku memajukan badanku, memangkas jarak di antara aku dan Laura.

“Aku bahkan belum memperkenalkan diriku, Hwang Laura.”

Laura cukup terkejut karena pergerakanku yang tiba-tiba. Aku masih menatapnya, lalu aku tersenyum sejenak melihat ekspresi kagetnya.

“Tak apa, kau boleh memanggilku Kakak, atau apa pun itu, asal kau nyaman memanggilku dengan sebutan itu,” ujarku kemudian. “O, iya. Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman, Laura”

“Ah, tidak apa-apa, Kak. Aku sendiri pun lupa kalau Kak Jae belum memperkenalkan diri Kakak. Aku tahu nama Kak Jae dari Kak Dowoon,” jawabnya.

Ah, iya. Aku lupa, Laura kan anggota kelompok yang didampingi Dowoon. Aku sendiri pun lupa kalau dia belum tahu bahwa aku adalah seorang dosen. Lagi pula, kalau dia tahu dari awal bahwa aku adalah seorang dosen, bukan tidak mungkin jika ia akan menjaga jarak dariku, sekalipun jika aku bukan dosen di program studinya. Karena pandangan masyarakat tak akan berubah. Dosen tetaplah dosen, mahasiswa tetaplah mahasiswa.

Banyak hal yang kami perbincangkan di studioku. Aku sangat menyukai saat gadis itu tertawa lepas karena leluconku yang tergolong tiarap. Aku yakin kalian pasti pernah dengar bahwa pria terpesona pada tawa alami seorang wanita.

“Jatuh cinta pada pandangan pertama itu bukan mitos, kan?”

[4 – Dosen Park Jae: Mahasiswa Baru]

“Masa depan dunia berada di dalam kelasku hari ini”

Sebuah kutipan yang kujadikan pajangan di apartemenku memberiku semangat untuk mengajar kelas pagi pada hari ini. Hari ini aku akan mengajar mahasiswa baru–mahasiswa semester satu program Pendidikan Bahasa Inggris. Mahasiswa baru, semangat baru. Entahlah jika mereka sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir nanti.

Aku sedang duduk di kantin Kampus Timur sambil membaca daftar mahasiswa baru Pendidikan Bahasa Inggris ketika Dowoon menghampiriku. Ia membawakanku sepotong sandwich.

“Kau ada kelas pagi, Woon?” tanyaku setelah mengunyah sandwich pemberian Dowoon.

Dowoon menggeleng. “Tidak, sih. Tadi aku hanya menyerahkan bluetooth speaker Taehyung yang kupinjam kemarin.”

Aku hanya mengangguk sambil membaca daftar mahasiswa. Seketika tanganku berhenti menggulir layar ponselku ketika melihat satu nama yang tidak asing.

“Kak? Kau lihat apa, sih?” Dowoon mengikuti arah pandangku. “Hwang Laura. Oh, iya. Gadis yang tak henti-hentinya memperhatikanmu saat panggung inagurasi,” lanjutnya.

“Iya. Aku mengajaknya ke studio kemarin,” jawabku. “She’s cute, tho. Kenapa kau tidak bilang kalau dia calon mahasiswa didikanku juga?”

“Biar jadi kejutan,” Dowoon melahap potongan sandwich terakhirnya. “Dia sendiri belum tahu kalau kau dosen, kan?” Aku menggeleng.

“Aku rasa ia mengagumimu, Kak. Ah, tidak. Mungkin ia menyukaimu. Tak apa, toh selisih usia kalian hanya enam tahun, kok,” ujar Dowoon.

Shut up, Drum.”

 

[5 – Dosen Park Jae: Kebetulan yang Indah]

Aku mengayunkan tungkaiku di sepanjang koridor demi mencapai ruang kelas, sesekali aku membalas sapaan dari mahasiswa lain yang lewat.

Aku menoleh sejenak ke arah jendela kelas tempatku mengajar hari ini. Aku menemukan eksistensi Laura yang sepertinya baru tiba di ruang kelas. Ia mengambil tempat duduk di sebelah temannya–sepertinya itu temannya yang merangkulnya di acara inagurasi.

Seisi kelas langsung menjadi disiplin ketika aku masuk ke ruang kelas.

“Selamat pagi. Perkenalkan, saya adalah dosen kalian untuk mata kuliah ini,” ujarku. Para mahasiswa membalas sapaanku. Sambil mengedarkan pandanganku kepada seisi kelas, aku dapat melihat ekspresi terkejut Laura. Aku mengulas senyum tipis sambil memandang Laura sebentar.

“Karena saya belum betul-betul mengenal kalian, saya ingin kalian juga memperkenalkan diri kalian, nama yang saya sebutkan nanti, silahkan menyebutkan nama lengkap, almamater sebelumnya, dan alasan memilih program studi ini,” instruksiku. Aku memulai sesi perkenalan ini dengan menyebutkan nama mahasiswa sesuai dengan urutan di dokumen yang kudapatkan.

“Berikutnya… Hwang Laura?” ujarku, memanggil nama lengkap Laura. Namun gadis itu tidak menggubris panggilanku sampai Yuto–teman sebangku Laura–menyikutnya. Lantas ia mengalihkan atensinya kepadaku.

“Perkenalkan dirimu, Nona, seperti rekan-rekanmu sebelumnya,” ujarku kalem sambil tersenyum tipis.

Laura masih bergeming di tempat tanpa melakukan apa pun. Ia terlihat sangat clueless.

“Sebutkan nama lengkapmu, almamatermu sebelumnya, dan alasanmu memilih program studi Pendidikan Bahasa Inggris ini,” ujarku kalem, berusaha membantu Laura yang sudah sangat clueless dan kebingungan.

Aku tahu betul ia masih tak menyangka akan bertemu denganku, bukan sebagai Kak Jae yang mengajaknya ke studio, melainkan sebagai Dosen Park.

“Perkenalkan, nama saya Hwang Laura, sebelumnya saya bersekolah di School of Performing Arts, dan alasan saya memilih program studi ini adalah karena saya percaya, segala hidup sosial manusia mula-mula terjadi karena adanya bahasa,” ujarnya memperkenalkan diri.

“Terima kasih atas perkenalanmu, Hwang Laura. Kau boleh duduk kembali,” ujarku.

Pikiranku dan Laura sejalan. Segala yang terjadi di dunia ini bermula dari bahasa. Tanpa bahasa, ilmu yang manusia pelajari tak akan sampai di seluruh dunia.

Bahasa juga membantu manusia mendefinisikan sesuatu.

Dan aku mendefinisikan pertemuanku dengan Laura di sini sebagai kebetulan yang indah, sangat indah. Namun aku tetap berharap, Laura tak akan menjauh dariku setelah ia tahu perbedaan status antara aku dan dia sebagai warga kampus. Karena meskipun peranku berbeda di lain tempat dan kesempatan, senyumku untuknya tetaplah sama.

FIN

 

 

 

6 thoughts on “[Ficlet-Mix] On The Stage and In Front Of The Class

Add yours

  1. KAKREEEEEEEEEEEEN HUHUHUUUUUU INI SOFT SEKALI

    BENAR BENAR SOFT

    MANIS

    BANGET :”

    huweee gatau lagi deh kenapa sudut pandang jae ini lebih fluff fluff fluff dari laura (menurutkuu), berasa ngaca tau ga sih kak. di sisi lain yang berlawanan arah, dia juga punya kesamaan sama laura. sama2 jatuh cinta karena senyuman, dan sama2 kasmaran ahaaayy cihuuuyyyy so kyutt ❤

    ini nih ada satu line yg bikin aku ngakak, ah sial, harusnya aku terhanyut sama ceritanya, gara2 jae ngomong "Shut up, drum." aku jadi pengen nampol itu mulut jae 😦 boleh juga sih kalo jejelin stik drum ke mulutnya dowoon, biar mati sekalian 🙂

    ((padahal dowoon itu makcomblang mereka berdua)) /dibantai/

    "Karena meskipun peranku berbeda di lain tempat dan kesempatan, senyumku untuknya tetaplah sama." AAAAAHHH ENGGAK TAU LAGI DEEEH MANTEP BANGET AKU PALING SUKA BUANGET NGET NGET SAMA LINE INI !!! kebayang ga sih kak kalo semua cowok tulus bisa nulis, mungkin ini yang ada di dalem benak mereka… dan kakren bener2 berhasil gambarin perasaan jae dengan sangat baiiikkkkkkk people so love yyeah! ❤ ❤

    jadi mas, mau tetep nostalgia tentang awal bertemu atau lanjut ke pelaminan nih? 🙂

    nice ff kakrennnn! ❤ keep writing yaaa !

    Liked by 1 person

    1. ALOO DONAAAA

      Entah kenapa sepertinya aku kalo bikin cerita romance 2 sisi tuh selalu kata orang lebih ngena sisi cowonya… padahal kan Lauren jelas2 perempuan :””” MAMA SEBENERNYA AKU WANITA ATAU PRIA? ATAU DUA2NYA?? Kenapa aku lebih masuk ke point of view cowo :”

      /kunaon Ren/

      Oke. Kembali ke kamar Park Jae /ga/

      Don, soalnya aku seneng bikin Dowoon ngeselin bahkan di dunia fiksi sekalipun wkwkwkw tapi tolong jangan sakiti kak dowoon que :3

      Jangan jejelin stik drum Dowoon la, itu stiknya buat aku ngeganjel pintu kamar yg rusak karena pihak pria yang tidak sabaran melakukan ritual sehingga pintu pun dibanting /OKE MAKSUDKU RITUALNYA NONTON WORLD CUP/

      Dan lagipula, didepan sahabat pun Jae harus jaga image juga :3 meskipun cewenya itu emang demen sama Jae juga wkwkwkk

      Woon, tolong dong. Bantu halalin mereka berdua. Biar kerjaku ringan. tinggal bikin marriage life ajah wkwkwkw

      (Sekarepmu Ren – Dowoon)

      Yakin don, ada cowo yang tulus?? XD nanti keknya, pas kita beneran ditemuin sama pemilik tulang rusuk kita yang sebenarnya hwhwhwhwh

      Nostalgia dong. Kan ini sejarah baik, bukan sejarah mantan yang menyakiti – Park Jae, dosen ganteng, youtuber kece, pendamping sampai akhir hayatnya Hwang Laura.

      Makasih lhoo donjahh udah mampir siniii ❤ ❤ ❤

      Like

  2. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Aku tidak tahu lagi harus mengetikan apa lagi.

    kisah Jae x Laura ini selalu saja nagih. I mean… selalu aja bisa membawaku larut dalam suasana. aseli dahhh kisah mereka tu bener bener asdffgghjkl… mahasiswa x dosen yang merdeka… huee jadi pengen /GAA

    maksudnya pengen kek senior dowoon. kalo bisa senior modelan jae juga. hehe.

    SIAL AKU JADI RINDU JAE. huee….

    lanjutkan kakren. kisah mereka ini. aku selalu menantikan. ucul soalnya:( membuatku gemas sekaligus baper dengan segala kearifan lokal jae :’V /apaan dah.

    nice kak. ❤❤❤. keep writing kakrenren, lafyuu ❤

    Liked by 1 person

    1. Aloo dipooyy hwhwhw maafin baru dibales :”)))

      Senior modelan Dowoon itu senior yg minta ditampol sekaligus minta disayang dipp XD intinya aku sayang Dowoon 🙂

      Tapi aku tetep sayang Jae dongs :3 Kalo Jae jadi senior, sejauh apapun gedung kampusnya Jae (kalo ternyata beda fakultas dan beda gedung hwhw) bakal sempet2in mampir ke kampusnya :v

      ingat;ah kalau dosen x mahasiswa ini hanya ada di pikirannya Lauren sajah :v belom tentu ada di dunia nyata dan terjadi sama kita :”)))

      Makasih yoo dipp udah mampir ke sinii ❤ ❤ ❤

      Like

  3. WOE GILAK INI FF TAHUN BERAPA, AKU BACANYA TAHUN BERAPA, KOMENNYA TAHUN BERAPA WKWKWKWKWK MAAPKAN YA. TERNYATA KEBANYAKAN SUAMI EMANG BIKIN REPOT /slapped/

    Btw aku sependapat nih sama donjah. Aku lebih menikmati kisah ini dari sudut pandang jae bcs lebih simpel, santai, woles, ada manisnya pula. Aku jadi tau lelaki itu juga manusia biasa, yg hatinya bisa meleleh hanya karena seorang wanita /halah/

    “segala hidup sosial manusia mula-mula terjadi karena adanya bahasa,” = ADOH INI MARIO TEGUH-ABLE SEKALI BUNG. KUY LAURA NYALONIN DIRI JADI GURU JUGA BIAR MAKIN SERASI SAMA DOSEN PARK. UWUUU 💝

    Gara2 baca ff ini aku jadi merasa bersalah sama deisik soalnya aku hampir ngelupain mereka hwhwhwhw dasar kino PHO! Ayo dong semangatin aku, kali aja ada ide nulisin deisik lagi karena biar bagaimanapun, di hati kecilku masih terukir nama sungjin & dowoon. Tapi lebih banyak sungjin sih ehe dowoon mah buat cadangan aja kalo sungjin lagi capek (?)

    Wes lah segitu ae daripada makin ngelantur. Sekali lagi maap ya aku bacanya telat WKWKWKWKWK

    Keep writing Anunya Jae 😘💪

    Like

    1. Oke maafkan juga aku kelamaan balesnya hwhwhwh maklum lah. ada yang lagi cakep dan lagi mandjah dan pengen berduaan sama Lauren sadjah /gak/

      Oke, kenapa kebanyakan pada demen fic ku kalo dari side cowo hwhwhw, apakah jangan2 aku ini sebenernya cowo? :”)

      Yaa sudah pasti lah Laura akan jadi guru karena dia sendiri ngambil jurusannya itu English Education :v nanti anak Jae-Laura gedenya jadi Rektor Univ, doain ajah okeh XD

      UDAH WOE KAMBEKIN SUNGJIN-AZZALEA PLEASE. NANTI KUKAMBEKIN DOWOON-AZZALEA DEH

      Makasih lho helm proyeknya Sungjin the Builder, udah mampir ke sini ❤ ❤ ❤

      Like

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑